Working languages:
English to Indonesian

Crater Industryism
Satisfaction Guaranteed

Pekalongan, Jawa Tengah (Djawa Tengah), Indonesia
Local time: 07:40 WIB (GMT+7)

Native in: Indonesian Native in Indonesian
  • PayPal accepted
  • Send message through ProZ.com
Feedback from
clients and colleagues

on Willingness to Work Again info
No feedback collected
Account type Freelance translator and/or interpreter
Data security Created by Evelio Clavel-Rosales This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services Translation, Interpreting
Expertise
Specializes in:
International Org/Dev/CoopInsurance
Real EstateInvestment / Securities
Rates

KudoZ activity (PRO) PRO-level points: 4, Questions answered: 21, Questions asked: 2
Portfolio Sample translations submitted: 3
English to Indonesian: The Growth of the “Asian Tigers”
Source text - English
The Growth of the “Asian Tigers”

The seeds of the Asian financial crisis were sown at least 20 years ago, as many Asian nations—Singapore, Hong Kong, Taiwan, South Korea, and, later, Indonesia, Thailand, and Malaysia—adopted market-friendly policies, opened their domestic markets, and courted foreign investment. This investment poured in. Once-poor nations found themselves awash in money, factories, jobs, rapid economic growth, and all the things that go with it: new roads and airports, soaring skyscrapers, good restaurants, and luxury hotels.
These were the “Asian tigers,” and they became the market's darlings. Nations anxious to borrow money met banks that were equally anxious to lend it. The good times rolled, and not enough questions were asked. In retrospect, once the bubble burst, it became clear that too much money could cause as much trouble as too little money. Asian banks lacked the supervision and control that had been worked out over the decades in more developed economies. Too often, loans were given to businesses distinguished primarily by their ties to government officials or the military. Much of the investment in Asia went for solid productive facilities. But much also went for speculative projects, such as the twin towers in Kuala Lumpur, Malaysia, that are now the world's tallest buildings, and which stand mostly vacant.
In the late 19th and early 20th centuries, many Western nations learned that uncontrolled capitalism can destroy as surely as it builds. Over the years, they put into place a web of rules and regulations to prevent excesses, enforce accountability, and ensure safety nets, such as unemployment insurance. The Asian nations, new to the game and flush with money, lacked key economic safeguards, including teams of trained bank supervisors, bankruptcy laws, sophisticated commercial courts, and rules requiring corporations to report their finances honestly. So long as the funds flowed, these nations had no interest in adopting those safeguards.
In the meantime, most of the Asian countries pegged the value of their currencies to the American dollar—a move intended to reduce the threat of costly and destabilizing currency fluctuations, and to reassure investors and lenders that their bets were safe. The IMF warned of trouble ahead but in tones so muted that no one paid attention. The end, when it came, was brutally swift.
Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Translation - Indonesian
Kemunculan Para “Macan Asia”

Benih-benih krisis finansial Asia mulai tertanam setidaknya 20 tahun lalu, ketika banyak negara di Asia—Singapura, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, disusul oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia—memakai kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, membuka pasar dalam negeri mereka, dan mengundang investasi asing. Investasi pun membanjir. Negara-negara yang dahulu miskin itu menikmati gelimang uang, pekerjaan, pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang membawa pembangunan banyak jalan, bandara, gedung pencakar langit, restoran mahal, dan hotel mewah.
Mereka adalah para “macan Asia” yang menjadi kesayangan pasar. Negara-negara yang giat meminjam uang ketemu dengan bank-bank yang tak kalah giat meminjamkannya. Saat-saat bahagia pun dinikmati dan tidak banyak kecurigaan ditunjukkan. Kalau diingat-ingat, begitu krisis meledak, jelas sudah bahwa terlalu banyak uang juga dapat menimbulkan masalah seperti halnya sedikit uang. Bank-bank Asia tidak memiliki pengawasan dan kontrol yang sudah dijalankan selama berpuluh-puluh tahun di negara-negara yang lebih maju. Terlalu sering pinjaman diberikan pada perusahaan yang hanya dikenal karena hubungannya dengan pejabat pemerintah atau militer. Memang banyak investasi di Asia untuk fasilitas-fasilitas yang produktif dan bonafid. Tapi banyak pula yang ditujukan untuk proyek-proyek spekulatif, seperti menara kembar di Kuala Lumpur, Malaysia, yang kini merupakan bangunan tertinggi di dunia tetapi lebih sering kosong.
Di akhir abad 19 dan 20, banyak negara Barat belajar bahwa kapitalisme tak terkontrol selain membangun juga dapat menghancurkan. Selama bertahun-tahun mereka menerapkan sederet undang-undang dan peraturan untuk mencegah hal yang berlebihan, menerapkan akuntabilitas, dan memastikan jarring-jaring pengaman, seperti asuransi pengangguran. Negara-negara Asia, yang baru masuk di kancah ini dan banjir uang, tidak memiliki perlindungan ekonomi yang teramat penting, termasuk tim-tim pengawas bank yang terlatih, undang-undang kepailitan, pengadilan-pengadilan niaga yang kompleks, dan undang-undang yang mengharuskan perusahaan melaporkan keuangan mereka dengan jujur. Intinya, selama dana mengalir, negara-negara ini tidak berminat menerapkan perlindungan-perlindungan itu.
Sementara itu, kebanyakan negara Asia mematok nilai mata uang mereka dengan dolar Amerika. Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi ancaman fluktuasi mata uang yang merugikan dan merusak stabilitas, dan untuk meyakinkan investor dan pemberi pinjaman bahwa taruhan mereka aman. IMF sudah memperingatkan masalah yang akan muncul tetapi tidak didengarkan. Alangkah kejam dan cepatnya bencana melanda.
Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation. All rights reserved.
English to Indonesian: Agricultural Policy in Indonesia
General field: Social Sciences
Detailed field: Government / Politics
Source text - English
Secara nasional, sebenarnya potensi pertanian Indonesia luar biasa. Dari rasio antara lahan dan manusia saja, kondisi negeri ini jauh lebih baik dari Cina. Rasio lahan -manusia di Indonesia, 0, 9 hektar per jiwa, sementara China hanya 0,74 hektar per jiwa. Namun, mengapa justru Indonesia menjadi pengimpor besar berbagai bahan pangan? Ini antara lain, karena ketidakseimbangan pembagian beban Jawa dan luar Jawa. Rasio lahan-manusia di Jawa lebih kecil daripada China, yaitu hanya 0,1 hektar per jiwa dan itu pun harus dibagi untuk penghasil oksigen, sistem tata air, ruang publik, permukiman dan lahan pertanian. Dengan situasi ini, jelas sulit mengembangkan pertanian konvensional di Jawa. Padahal Jawa menjadi tumpuan bagi penyediaan pangan, khususnya beras. Sementara itu, di luar Jawa dengan rasio lahan-manusia 2,16 juta hektar per jiwa belum dilirik untuk dikembangkan sebagai sentra-sentra pertanian. Padahal dengan rasio luas lahan yang tinggi, luar Jawa sangat menjanjikan dikembangkan menjadi wilayah pertanian terpadu modern dengan skala usaha yang memadai. Jika itu dilakukan, bukan saja pertanian yang dikembangkan tetapi juga industri alat dan mesin pertanian, perbengkelan serta industri hilir berbasis hasil pertanian lokal (Kompas, 14 Desember 2005).
Translation - Indonesian
At national level, Indonesian agriculture has a lot more potential than it is showing, at least openly. When seen from the rice field-human ratio, the state of is a lot better than that of China. In Indonesia, the ratio is at 0.9 hectare per life; in China it is 0.74 hectare per life. So despite this why is Indonesia now a major importer of food produce? This owes among others to the disproportionate rice load distribution for Java as compared to other than Java. Java’s field-human ratio is short of that of China at a meager 0.1 hectare per life. Land use in Java is allocated for purposes like oxygen generator, water management system, public space, human settlement and for agricultural use. Consequently, it is obviously difficult to further develop conventional agriculture in Java. Now is the time Indonesia can least afford it, as Java has always been the powerhouse of food, especially rice, supply. At the same time, lands outside of Java, with field-human ratio of 2.16 hectare per life, did not get enough attention to be developed as agriculture centers. With a land share this high, lands outside Java has very promising prospect as the centers of modern, integrated agricultural regional development with sufficient business scale. When, and if, this is put into practice, not only agriculture will improve, but also its derivatives such as farming tools and machinery production, repair and maintenance industry, and other downstream industries based on local farming product. (Kompas, 14 December 2005).
English to Indonesian: Development of High Performance Water-Oil Separator
General field: Tech/Engineering
Detailed field: Petroleum Eng/Sci
Source text - English
During oil mining crude oil comes in a mixture with gas, water, and occasionally sand out of wells. They need to be separated in a water-oil separator before they can be transported to their respective destination. The performance of the separator determines separation quality. The research aims at developing an oil-water separator prototype to exploit economic and sustainable utilization of a petroleum resource and establishing long term collaboration between the Directorate of Oil and Gas, Ministry of Energy and Natural Resources, petroleum industry, and Gadjah Mada University.

The collaborative research is expected to: (1) develop a high performance separator of oil-water two-phase flow that can be applied in petroleum industry. Detailed design of this separating method is considered as a successful parameter, (2) develop an objective method to detect the instability of two-phase flow due to the use of T-junction system. The method found has a high originality in multiphase flow research, and (3) produce some research publications accepted at high impact factor (IF) international journals. Industry is expected to invest in petroleum business and commit to producing a mutual collaboration between Government institution (the Minister of Energy and Mineral Resources) and university.

Translation - Indonesian
Selama proses penambangan, minyak mentah keluar dari sumur dalam keadaan tercampur dengan gas, air, dan kadang pasir. Agar bisa diangkut ke tujuannya masing-masing, mereka harus dipisahkan terlebih dahulu di dalam separator air-minyak. Kinerja separator menentukan kualitas pemisahan. Penelitian ini bertujuan membuat prototipe separator air-minyak untuk mengeksploitasi pemanfaatan ekonomis yang berkelanjutan dari sumber daya minyak bumi dan membangun kolaborasi jangka panjang antara Direktorat Minyak dan Gas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam, industri minyak bumi, dan Universitas Gadjah Mada.

Penelitian ini diharapkan dapat: (1) mengembangkan separator berkinerja tinggi aliran dua tahap (two-phase flow) air-minyak yang dapat diterapkan dalam industri minyak bumi. Rancangan detail dari metode pemisahan ini dianggap sebagai parameter keberhasilan, (2) membuat metode yang objektif untuk mendeteksi ketidakstabilan two-phase flow oleh karena pemakaian sistem T-junction. Metode yang ditemukan memiliki orisinalitas tinggi dalam penelitian multiphase flow; dan (3) menghasilkan beberapa publikasi penelitian yang diterima di jurnal-jurnal internasional yang memiliki impact factor (IF) tinggi. Industri diharapkan menanamkan investasi dalam bisnis minyak bumi dan berkomitmen terhadap kolaborasi yang saling menguntungkan antara institusi pemerintah (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) dan universitas.

Translation education Bachelor's degree - GMU/UGM
Experience Years of experience: 23. Registered at ProZ.com: Feb 2008.
ProZ.com Certified PRO certificate(s) N/A
Credentials N/A
Memberships N/A
Software Adobe Acrobat, Adobe Photoshop, Frontpage, Microsoft Excel, Microsoft Word, Powerpoint, Trados Studio, Wordfast
CV/Resume CV available upon request
Professional practices Crater Industryism endorses ProZ.com's Professional Guidelines (v1.0).
Bio
Crater Industryism
This user has earned KudoZ points by helping other translators with PRO-level terms. Click point total(s) to see term translations provided.

Total pts earned: 4
(All PRO level)


Language (PRO)
English to Indonesian4
Top general field (PRO)
Tech/Engineering4
Top specific field (PRO)
Textiles / Clothing / Fashion4

See all points earned >
Keywords: translate english to indonesian, translate english to indonesia, translate english to, indonesian to english translation, bahasa indonesia to english translation, bahasa to english translation, english to indonesia translation, english to indonesian translator, english to indonesia translator, indonesia to english translator. See more.translate english to indonesian, translate english to indonesia, translate english to, indonesian to english translation, bahasa indonesia to english translation, bahasa to english translation, english to indonesia translation, english to indonesian translator, english to indonesia translator, indonesia to english translator, translation to indonesia, translation to indonesian, translator indonesia, translator indonesian, translate to indonesian, indonesian language translation, indonesia english translation, english indonesia translation, english indonesian translation, indonesian english translation, english indonesian translator, translate indonesian english, translate indonesia english, translate english indonesia, translate english indonesian, translate to indonesia, indonesian translation, indonesia translation, indonesian online translation, english indonesia online translation, english indonesian online translation, english indonesia online translation, english indonesian online translation, english indonesia online translator, english indonesian online translator, english indonesia online translation service, english indonesian online translation service, indonesian translate, translate indonesian, . See less.


Profile last updated
Nov 4, 2014



More translators and interpreters: English to Indonesian   More language pairs